PENYEMBAHAN PADA CIPTAAN ATAU PENCIPTA
Pdt. Mozes Huwae, M. Th
Menyembah adalah tindakan beribadah atau pemujaan dan penghormatan melalui sikap, tindakan, perkataan, dan kehidupan kepada objek yang salah atau objek yang benar. Hal ini ada pada diri manusia, sejak jatuh di dalam dosa. Karena itu, sikap yang ditonjolkan dalam diri manusia ada dua hal berbeda, menyembah Pencipta atau yang diciptakan. Oleh karena dapat terjadi bahwa manusia bukan menyembah kepada Pencipta tetapi kepada ciptaan. Walaupun muncul anggapan “manusia beragama” adalah orang-orang yang menyembah kepada Pencipta, sesuai definisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “agama adalah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan kepada Tuhan Yang Mahaesa”[1]
Untuk itu, pembahasan tema ini penting sekali. Namun perlu pembatasan pembahasannya, maka penulis membatasi dalam ekpsosisi Roma 1:18-3:31. Mengapa? Oleh karena nats ini berbicara secara khusus terjadi penyembahan yang salah kepada dua bangsa yang mewakili seluruh manusia di dunia ini, yaitu non-Yahudi dan Yahudi yang memiliki hukum Taurat. Kedua-duanya menyembah ciptaan dalam bentuk yang berbeda. Namun, penulis hanya melihat garis besar pemikiran dengan kata-kata kuncinya. Bila disederhanakan tema ini berhubungan dengan menyembah kepada Pencipta atau ciptaan.
- Menyembah Ciptaan. Roma 1:18-2:29
Pembahasan bagian ini dilihat dari dua bangsa yang mewakili umat manusia sesuai dengan konsep Alkitab itu sendiri, yaitu non-Yahudi dan Yahudi. Penjelasannya sebagai berikut:
- Non-Yahudi. (Roma 1:18-32)
Ungkapan sebab murka Allah nyata dari sorga, 1:18; istilah yang digunakan orgee, bukan suatu tindakan otomatis tanpa emosi yang keluar dari kesucian Allah yang tidak kompromi dengan dosa, tetapi hukuman terjadi karena kesucian Allah yang menuntut dosa harus dihukum. Namun, tidak berarti langsung terjadi secara supranatural dari tahta Allah, tetapi menegaskan bahwa murka itu telah disingkapkan dan dibuka secara jelas.[2]
Hal ini ditujukan kepada non-Yahudi, karena menindas kebenaran dengan kelaliman, walau secara penyataan umum, Allah menyatakan diri melalui kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya melalui karya penciptaan-Nya, telah nampak di dalam pikiran non-Yahudi, sehingga tidak dapat berdalih tentang keberadaan Allah.[3] Namun, mereka tidak memuliakan atau mengucap syukur kepadaNya, karena merasa tidak perlu mengakui Allah (28). Dengan istilah yang digunakan, doksazoo dan eukharisteoo, dalam bentuk Aoris, merupakan dua kewajiban dalam satu tugas secara keseluruhan pada Allah.[4] Namun, mereka memilih menyembah ciptaan, bukan yang Pencipta. Mereka bertindak dengan pikiran yang sia-sia, hati yang bodoh, menjadi gelap, seolah-olah penuh hikmat, tetapi menjadi bodoh.
Penyembahan dan ibadah dilakukan kepada berhala-berhala buatan tangan manusia, yang mirip manusia fana, makhluk ciptaan berupa burung, binatang-binatang, dan lain-lain untuk disembah. Akibat mereka menyembah ciptaan, ada tiga hal yang terlihat di dalam kehidupan mereka. Pertama keinginan hati akan kecemaran; kedua, penuh dengan hawa nafsu yang memalukan; ketiga penuh dengan pikiran yang terkutuk. Keempat, setuju dengan orang-orang yang melanggar tuntutan hukum Allah. Mereka membuat allah ciptaannya sendiri yang keluar dari hati mereka, sebagai sikap mengabaikan Allah, Rom 1:24, 26, 28.[5] Seperti dikatakan Tuhan Yesus bahwa kenajisan datang dari dalam hati dan pikiran bukan dari luar, Mat 15:18-20.
Penggunaan kata katekhontoon partisip present genetif dan toon anthropoon en adikia(i) dan keterangan dio pada ayat 24 dan 26 dan kata kathos (bahkan) dalam ayat 28, alla kai tetapi juga dalam ayat 32, mempertegas alasan manusia hidup di luar kewajaran, karena menindas kebenaran dengan kelaliman, sehingga terikat dengan berbagai bentuk dosa.[6] Allah menyerahkan mereka ke dalam bentuk hidup yang terkutuk. Keinginan, hawa nafsu, dan pikiran-pikiran yang terkutuk. Sebuah kehidupan didalam dosa dan bergelimang di dalam dosa menyatakan kehidupan yang menyembah kepada ciptaan bukan Sang Pencipta.
- Yahudi. (Roma 2:1-16)
Yahudi juga tidak menyembah Pencipta, hal itu terlihat dalam ungkapan oo anthrope yang diikuti partisip present substantive ho krinoon, menyatakan kepada orang-orang yang memiliki tanggung jawab, yaitu Israel, yang memiliki hukum Taurat.[7] Namun, sekalipun mereka memiliki hukum Taurat, mereka menjadi pelanggar hukum Taurat. Mereka tidak melakukan apa yang diperintahkan oleh Hukum. Sekalipun mereka memiliki hukum Taurat, hukum ini tidak dapat menyelamatkan mereka, ketika mereka melanggar hukum, karena hukum Taurat bukan alat yang menyelamatkan mereka, tetapi supaya mereka mengenal kebenaran Allah dan mengajarkan kepada orang lain. Bahkan tanda sunat yang mereka milikipun tidak dapat menyelamatkan mereka, bila mereka tidak sunat hati, yaitu menaati apa yang sudah diperintahkan oleh Hukum. Dan hal ini harus dilakukan dengan iman.
Murka Allah seperti diungkapkan kepada Non-Yahudi, orgee, juga menimpa Yahudi, karena sekalipun mereka melanggar, mereka tetap mengeraskan hati; tidak mau bertobat; bahkan mencari kepentingan sendiri, taat kepada kelaliman. Penggunaan kata depan kata dengan kata benda skleeroteeta sou dan ametanoeeton kardian dalam kasus akusatif yang mempertegas sikap mereka yang menentang Pencipta, yang diikuti dengan kata de, tetapi. Yaitu menolak kemurahan hati Allah pada mereka dan bersikap menentang-Nya. (Rom 2:5)[8]
Paulus mengeritik rasa bangga mereka terhadap hukum Taurat, karena pelanggar hukum. Dan membandingkan dengan non-Yahudi yang tidak memiliki hukum, tetapi hukum Taurat tertulis di dalam hati melalui hati nurani yang turut bersaksi dan pikiran mereka yang saling menuduh dan saling membela, Rom 2:14-16; bdk 2 Sam 24:10. Namun, itupun tidak membawa non-Yahudi pada keselamatan di dalam penghakiman. Oleh karena, suara hati mereka tercemar oleh dosa, hingga membutuhkan penebusan oleh darah Kristus, Ibr 10:22. Oleh karena, suara hati tidak dapat membawa seseorang pada kebenaran Allah, bdk Yoh 8:47.
Sikap penolakan Yahudi nyata, ketika mereka menolak Kristus yang adalah Sang Mesias yang telah datang memenuhi nubuatan di dalam Perjanjian Lama. Itulah sebabnya, Tuhan Yesus mengeritik mereka dengan sikap mereka yang menolak Mesias yang telah datang kepada mereka. Ketika mereka bangga dengan Abraham sebagai bapa leluhur mereka, dan menolak Tuhan Yesus. Ia berkata kepada mereka, Iblis adalah bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu, Yoh 3:44.
Mereka lebih meninggikan adat istiadat manusia daripada Firman Allah itu sendiri, menekanan fisik atau yang nampak, dan lahiriah bukan hati. Memberontak pada Allah dengan melanggar hukum. Hal ini sama dengan penyembahan berhala. Akibatnya, nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain. (Roma 2).
- Kesimpulan Yahudi dan Non Yahudi Menolak Menyembah Pencipta.
Pernyataan Yahudi maupun non-Yahudi telah ada dibawah kuasa dosa, ditegaskan di Roma 3:9, yang dijelaskan secara rinci di dalam ayat 10-20. Kemudian diulangi di alam ungkapan “semua orang telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” dalam Roma 3:23 merupakan sebuah kesimpulan yang berangkat dari Roma 1:18-2:29. Baik orang non-Yahudi maupun Yahudi memberontak pada Pencipta. Mereka mengambil jalan sendiri untuk menyembah ciptaan, bukan menurut jalan Pencipta itu sendiri. Oleh karena, mereka dibawah kuasa dosa. Kata depan hupo dengan kata benda akusatif hamartian dengan kata kerja bantu to be infinitif present einai mempertegas kedua Yahudi dan Non-Yahudi dibawah kuasa dosa.
Orang Yahudi memiliki Hukum Taurat dan sunat kulit khatan, sedangkan non-Yahudi memiliki suara hati yang menjadi Hukum Taurat di dalam hidup mereka sebagai anurgah umum. Namun, keduanya tidak menyembah Allah. Orang Yahudi melanggar hukum Taurat dan tidak sunat hati, sedangkan Non-Yahudi melanggar suara hati, dengan menyembah ciptaan, karena keterbatasan suara hati yang berdosa dan dikuasai dosa, sehingga tidak mungkin mampu melakukan Taurat secara tidak tertulis maupun tertulis. Perbandingan ini tidak berbicara keselamatan oleh Hukum Taurat ataupun suara hati, tetapi ukuran hukuman yang akan dikenakan pada mereka. Jadi, kedua Yahudi dan non-Yahudi membutuhkan Injil keselamatan.[9]
Tentu ungkapan, semua orang telah berdosa dijelaskan dengan kata gar menyatakan alasan sebelumnya, yaitu pembahasan pada Non-Yahudi maupun Yahudi. Semuanya, menyatakan potensi manusia cenderung menyangkal Allah, menyembah ciptaan dari pada menyembah Sang Pencipta. Baik Non-Yahudi dengan suara hatinya, maupun Yahudi dengan Hukum Taurat.
- Menyembah Pencipta. 3:21-31
Dasar dari menyembah Pencipa adalah iman. Dasar ini berlaku bagi orang Yahudi maupun non-Yahudi. Sehingga, kebanggaannya adalah berdasarkan iman, bukan berdasarkan perbuatan. Oleh karena, baik orang tidak bersunat maupun yang bersunat menurut peraturan Hukum Taurat dibenarkan karena iman, bukan perbuatan. (Rom 3:30).
Pusat menyembah Pencipta adalah Kristus sebagai dasar Iman. Berlaku baik bagi orang non-Yahudi maupun orang Yahudi. Oleh karena penebusan Kristus yang sempurna di atas kayu salib, sehingga baik orang yahudi maupun non-Yahudi menerima penebusan dosa yang sempurna melalui Karya Kristus di atas Kayu salib melalui iman, Roma 3:24.
Hal ini merupakan ketetapan sorgawi dimana Kristus menjadi Juru pendamai antara manusia dan Allah melalui kematian di atas kayu salib dan kebangkitan-Nya. Salib menyatakan keadilan dan kasih Allah dinyatakan, sehingga yang percaya selamat, tetapi yang tidak percaya dihukum. Roma 3:25-26. Oleh karena itu, dasar kebanggaan orang benar bukan karena perbuatan tetapi berdasarkan iman dan objek iman adalah Kristus.
Dasar menyembah Kristus adalah Dia Allah yang menjadi manusia, untuk memperdamaikan manusia dengan Bapa di sorga melalui karya penebusanNya di atas kayu salib. Dialah Sang Juruselamat yang dijanjikan, agar manusia bergantung padaNya, sehingga memperoleh hidup kekal.
Non-Yahudi memiliki suara hati sebagai anugrah umum untuk memilih Sang Pencipta, tetapi suara hati tidak cukup membawa non-Yahudi kepada Penyembah yang benar. Mereka harus datang pada Kristus baru dapat mengenal Sang Pencipta secara benar. Begitupun Yahudi yang memiliki hukum Taurat, harus datang pada Kristus. Oleh karena Taurat penuntun untuk percaya pada Kristus yang menggenapi seluruh hukum Taurat.
Memberontak pada Allah adalah kecenderungan hati manusia, sejak jatuh di dalam dosa. Berlakunya, untuk Yahudi yang memiliki Taurat dan Sunat, maupun non-Yahudi dengan suara hatinya sebagai anuregah umum. Yahudi gagal karena mengandalkan kebenaran perbuatan Taurat dan Sunat kulit khatan, bukan kebenaran Iman melalui Taurat dan sunat hati yang membawa Pada Kristus. Non-Yahudi gagal karena mengandalkan suara hati yang terbatas dan berdosa. Sehingga, tidak menyembah Sang Pencipta, tetapi menyembah ciptaan sendiri.
Ciri-ciri penyembah ciptaan atau Pencipta dapat dilihat dari sikap, tindakan dan Perbuatan terhadap Pencipta, ciptaan, dan sesama. Penyembah ciptaan merasa tidak perlu dan tidak membutuhkan Allah. Akan tetapi, disisi lain menciptakan allah sendiri dengan tangan mereka untuk disembah. Pikiran mereka sia-sia, hidup di dalam dosa, menolak kebenaran Firman Allah, Alkitab, dan menganggap sebagai buku biasa, tradisi manusia, yang perlu direkontruksi ulang menurut kebenaran mereka. Keinginan, pemikiran, dan kehidupan yang penuh dengan dosa dan terikat dengan adat istiadat peraturan manusia. Adat dianggap lebih tinggi dari Firman, seperti yang terjadi pada Yahudi, sehingga abaikan Firman Allah.
Sedangkan, penyembah Pencipta melakukan hukum Taurat karena iman dan memiliki sunat hati. Terbuka dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat di dalam hati. Menerima otoritas Alkitab adalah kebenaran Firman. Lebih mengutamakan kebenaran Firman Allah daripada penghormatan manusia dan adat istiadatnya. Pikiran, keinginan, dan keputusan hati hanya kepada Pencipta. Menolak kehidupan dosa dan penyembahan pada ciptaan. Memiliki hati nurani yang bersih, yang sudah ditebus oleh darah Kristus, dan selalu berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang bersih dihadapan Allah maupun manusia oleh iman kepada Kristus. Dengan demikian, ciri-ciri di atas dapat digunakan untuk koreksi apakah kita menyembah Sang Pencipta atau ciptaan.
[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hal 17
[2] Petrus Maryono, Diktat Kuliah STII, 2006.
[3]Cranfield, C. E. B.: A Critical and Exegetical Commentary on the Epistle to the Romans. London; New York : T&T Clark International, 2004, p 41. Menindas hubungan dgn aturan Kerajaan Roma, menindas dalam pengertian buruk.
[4] Kennet L. Barker and John R. Kohlenberger III, The Expositior’s Bible Commentary, Grands Rapids, Zondervan, 1994. P. 527.
[5] Baker Exegetical Commentary on the New Testament: Romans
[6] A Grammatical Analysis of the Greek New Testament p 459.
[7] Baker Exegitical Commentary on The New Testament: Romans , p 106.
[8] A Grammatical Analysis of the Greek New Testament, 461
[9] Idem, 119.