PERAN ORANG KRISTEN DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA

PERAN ORANG KRISTEN DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA

Yeremia 29:7

 

 

Tidak lama lagi bangsa Indonesia akan mengadakan pesta demokrasi melalui Pemilihan Umum (PEMILU), yang tepatnya akan dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019. Walaupun   tidak semua rakyat Indonesia antusias untuk ikut memilih oleh karena berbagai faktor, tetapi sebagian besar masyarakat Indonesia sedang bersiap untuk menentukan pilihannya di tempat pemungutan suara. Lalu bagaimana peran kita sebagai orang Kristen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, berkaitan dengan adanya pelaksanaan pemilihan para pemimpin bangsa yang akan berlangsung dalam waktu dekat ini?.

Mungkin ada sebagian masyarakat Kristen yang tidak terlalu peduli dengan masalah pemilu, atau menganggap bahwa dalam hal politik tidak terlalu penting untuk ikut berpartisipasi.  Ada beberapa faktor yang bisa saja menjadi penyebabnya, antara lain; Anggapan bahwa politik itu urusan duniawi dan kotor. Jika kita melihat fakta di lapangan dengan aktifitas politik yang ditandai dengan persaingan, saling menjatuhkan, dan nampaknya masing-masing ingin meraih jabatan dengan cara menjatuhkan orang lain, bahkan ketika sudah berada pada posisi di atas, mereka melakukan korupsi dan manipulasi, maka anggapan tadi tidaklah bisa disalahkan. Karena kenyataanya bahwa banyak orang-orang secara individu melakukan cara-cara yang demikian. Faktor penyebab yang lain kemungkinannya adalah, anggapan bahwa Agama Kristen lebih mengutamakan hubungan pribadi dengan Tuhan, dan tidak mengurusi masalah politik. Sehingga masalah politik tidak perlu mendapatkan perhatian khusus. Namun apa yang dijelaskan oleh Firman Tuhan berkaitan dengan peran orang Kristen dalam berbangsa dan bernegara menurut Yeremia 29:7?

Sebelum membahas itu, kita akan melihat terlebih dahulu latar belakang dari perikop ini. Perikop ini menjelaskan tentang surat Nabi Yeremia yang dikirim dari Yerusalem  untuk sekelompok besar orang Yehuda yang telah diangkut ke Babel. Sekelompok besar orang Yehuda ini diangkut ke Babel oleh Nebukadnezar raja Babel, saat Yoyakhin menjadi raja di Yehuda pada tahun 597 SM, (band. 2 Raja-raja 24:10-17). Namun sebagian orang Yehuda masih tinggal di Yerusalem termasuk Yeremia. Nabi Yeremia menuliskan surat ini karena terbersit berita yang di dengar oleh Yeremia bahwa, ada nabi di antara mereka yakni Hananya, menubuatkan tentang segeranya mereka kembali ke kampung halamanya yakni Yerusalem. Yeremia menuliskan surat ini, agar orang-orang yang terbuang tidak mempercayai ucapan Hananya.  Sebab Hananya, dihadapan imam-imam dan seluruh rakyat berkata: “Beginilah Firman Tuhan semesta alam, Allah Israel; Aku telah mematahkan kuk raja Babel itu. Dalam dua tahun ini Aku akan mengembalikan ke tempat ini segala perkakas rumah Tuhan yang telah diambil dari tempat ini oleh Nebukadnezar, raja Babel, dan yang diangkutnya ke Babel.” (Yer.28:1-3). Lalu berkatalah nabi Yeremia kepada nabi Hananya: “Dengarkanlah, hai Hananya! TUHAN tidak mengutus engkau, tetapi engkau telah membuat bangsa ini percaya kepada dusta. Sebab itu beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku menyuruh engkau pergi dari muka bumi. Tahun ini juga engkau akan mati, sebab engkau telah mengajak murtad terhadap TUHAN.”(Yer. 28:15-17). Apa yang dikatakan oleh Hananya berbeda dengan apa yang Tuhan firmankan melalui Yeremia. Sebab Tuhan akan mengembalikan rakyat yang terbuang ini ke Yerusalem tidak sesegera seperti yang disampaikan oleh Hananya, tetapi setelah genap tujuh puluh tahun, baru Tuhan akan mengembalikan mereka ke Yerusalem (Yer.29:10).

Surat Yeremia ini dikirimkan untuk tua-tua di antara orang buangan, kepada imam-imam, kepada nabi-nabi dan kepada seluruh rakyat yang telah diangkut ke dalam pembuangan oleh Nebukadnezar dari Yerusalem ke Babel (Yer.29:1). Surat ini dikirim dengan perantaraan Elasa bin Safan dan Gemarya Bin Hilkia yang diutus oleh Zedekia, raja Yehuda, ke Babel, kepada Nebukadnezar, raja Babel (ay.3). Dalam surat ini, Yeremia menyampaikan pesan Tuhan kepada semua orang buangan yang diangkut ke Babel; supaya mereka mendirikan rumah di sana untuk didiami, supaya mereka membuat kebun-kebun untuk dapat dinikmati hasilnya, supaya mereka mengambil isteri untuk memperanakkan anak laki-laki dan perempuan, dan juga mengambilkan isteri bagi anak-anak laki-laki mereka dan mencarikan suami-suami bagi anak-anak perempuan mereka, agar mereka dapat melahirkan keturunan dan bertambah banyak (ay.4-6). Tuhan juga mau supaya mereka mengusahakan kesejahteraan kota, dimana Tuhan membuang mereka, dan berdoa bagi kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraan kota itu juga menjadi kesejahteraan mereka (ay.7). Alkitab Edisi Studi menafsirkan ayat-ayat ini demikian; Yeremia mengingatkan rakyat Yehuda yang dibuang bahwa mereka hidup di Babel karena Tuhanlah yang merencanakan semua itu. Dia juga mengajak agar mereka mendoakan Babel karena untuk sementara waktu, kesejahteraan Yehuda bergantung pada kemakmuran Babel.

Dari uraian di atas, dan secara khusus pada Yeremia 29:7, Allah memberi mandat kepada umat pilihan-Nya agar berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti dijelaskan; “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” Mandat Allah bagi orang percaya dalam kehidupan berbangsa menurut ayat ini adalah;

 

  1. Mengusahakan kesejahteraan bangsa (“Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang,…). Perintah ini merupakan mandat dari Allah kepada umat-Nya, agar ikut berperan aktif dalam hal pemerintahan. Yaitu, mengusahakan kesejahteraan kota di manapun Tuhan tempatkan. Ketika orang percaya tinggal disebuah kota atau Negara, hendaknya tidak bersikap pasif atau tidak melakukan apa-apa. Akan tetapi harus melakukan sesuatu demi tercapai kesejahteraan kota atau Negara di mana dia tinggal. Ini berarti kita harus ikut berpartisipasi langsung dalam masalah politik, dengan ikutserta dalam pemilu. Karena dengan ikutsertanya kita dalam pemilu, maka kita juga ikut ambil bagian dalam memilih orang-orang yang bisa memimpin bangsa ini dikemudian hari, yang bisa menentukan kemana arah bangsa ini berjalan. Seperti yang dituliskan dalam Amsal 11:14; “Jikalau tidak ada pemimpin, jatuhlah bangsa, tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan ada.” Kita harus memilih para pemimpin agar bangsa ini tetap tegak dan berfungsi sebagaimana mestinya.

Jika fakta politik yang kita lihat ternyata banyak orang-orang yang di dalamnya bersikap korup, maka kita harus bisa bersikap yang berbeda dengan mereka. Menunjukkan keteladanan sebagai orang yang memiliki hati Kristus. Tuhan Yesus dalam khotbahnya di atas bukit menegaskan bahwa setiap orang percaya adalah garam dunia dan terang dunia (Matius 5:13-14). Jika kita garam, maka kita harus tahu peran kita sebagai garam,  yakni menggarami lingkungan yang hambar. Dan jika kita adalah terang, maka kita hadir sebagai terang dan bercahaya di tengah kegelapan. Memberi pengaruh yang lebih baik, itulah peran kita dalam mengusahakan kesejahteraan  bangsa ini.

 

  1. Berdoa bagi bangsa dan negara, seperti yang diungkapkan; “….. dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” Dalam hal ini, kita perlu mendoakan bangsa kita, sehingga tercipta kedamaian dan kesejahteraan. Karena doa merupakan wujud bahwa kita membutuhkan pertolongan Tuhan untuk kesejahteraan bangsa ini. kita perlu berdoa untuk para pemimpin bangsa, baik pemimpin itu orang Kristen atau tidak, agar semua pemimpin dapat memimpin dengan bijaksana dan mengupayakan kesejahtaraan rakyatnya. Dengan demikian terjadi kesejahteraan kota yang kita diami, dan kita pun akan mengalami kesejahteraan juga.

 

Mari kita berperan aktif dalam mengusahakan kesejahteraan bangsa ini, yang juga bisa diwujudkan melalui hak pilih kita. Demikian juga kita dapat berpartisipasi lmelalui doa-doa yang kita panjatkan kepada Tuhan untuk para pemimpin dan untuk pemerintah. Sebab kesejahteraan Negara ini, juga menjadi kesejahteraan kita bersama. Kiranya menjadi berkat.

Data pribadi:

Nama              : Pdt. Eddy Sulopo, M. Th

Pekerjaan       : Dosen Biblika

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Jangan Copy Paste, Tuhan Memberkati
Scroll to Top