Korelasi Paskah Yahudi dan Kristen dan Maknanya Bagi Gereja Masa Kini

Korelasi Paskah Yahudi dan Kristen

dan Maknanya Bagi Gereja Masa Kini

Dr. David Sarju Sucipto, M. Th.

Pengantar

Agama Yahudi dan Kristen memiliki kaitan yang erat. Kedua agama itu berakar dari wahyu Allah yang sering disebut sebagai agama samawi atau Abrahamik. Beberapa hal dalam menjalankan ritus agama keduanya tidak jauh berbeda. Di antaranya ialah ketika kedua agama itu merayakan paskah. Hari raya paskah setiap tahun selalu dirayakan umat Yahudi dan Kristen di seluruh dunia. Paskah menjadi hari raya agama yang terbesar dan terpenting bagi bagi keduanya. Namun paskah Yahudi berbeda dengan paskah bagi umat Kristen. Paskah Yahudi memperingati keluarnya bangsa Israel dari tanah perbudakan, Mesir. Bangsa Israel menjadi bangsa yang sekarang ini karena adanya peristiwa paskah. Dengan demikian paskah bersangkutpaut erat dengan eksistensi mereka.

Agama Kristen ada sampai sekarang karena juga peristiwa paskah. Dalam 1 Korintus 15:14, Paulus menegaskan, “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami, dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.” Paskah berkaitan erat dengan eksistensi kekristenan atau gereja. Jadi, gereja ada sampai sekarang ini karena adanya peristiwa paskah. Oleh karena itu gereja-gereja masa kini juga masih merayakan paskah. Namun paskah yang dirayakan oleh gereja masa kini berbeda dengan paskah Yahudi. Orang  Yahudi merayakan paskah untuk memperingati keluarnya mereka dari tanah perbudakan. sedangkan paskah yang dirayakan oleh gereja-gereja masa kini adalah memperingati kebangkitan Tuhan Yesus. Makna terpentingnya ialah sama-sama merayakan kemenangan.

 

  1. Paskah dalam Perjanjian Lama

Paskah dalam bahasa Ibrani pesakh, memiliki beberapa arti yakni ‘berlalu, tidak diganggu, melewatkan.’ Dari berbagai istilah tersebut memiliki satu makna, yakni ‘menyelamatkan.’ Paskah pertama kali dalam Perjanjian Lama dilakukan pada peristiwa pembebasan Israel dari perbudakan di Mesir. Alkitab mencatat, Israel menjadi budak di Mesir selama empat ratus tiga puluh tahun.[1]

Peristiwa paskah Yahudi merupakan simbol keselamatan di dalam Kristus. Istilah paskah dipakai baik untuk perayaan maupun untuk hewan kurban.[2] Pesakh umat Yahudi (Inggris: passover), adalah perayaan yang dirayakan pada hari ke-14 disebut Nisan,[3] bulan pertama kalender Ibrani selama delapan hari. Festival ini berakhir pada hari ke-21 Nisan di Israel dan hari ke-22 Nisan di luar Israel. Bangsa Yahudi, memaknai paskah sebagai perayaaan atas kasih Allah yang membebaskan mereka dari perbudakan dengan mengorbankan anak domba sulung.

Allah memerintahkan tanda darah, sebagai edukasi bagi Israel. Maknanya adalah tanpa penumpahan darah tidak ada penebusan. Dengan demikian betapa pentingnya ketaatan dan penebusan berupa darah. Selain ketaatan, tujuan lainnya adalah mempersiapkan “Anak Domba Allah” yang akan menghapus dosa dunia.[4] Pada malam yang telah ditetapkan, mereka segera meninggalkan tanah Mesir. Mereka diperintahkan memanggang, tidak merebus anak domba yang disembelih. Tulang-tulangnya tidak boleh dipatahkan.[5] Syarat lainnya yang harus dilakukan ialah menyediakan sayur pahit dan roti yang tidak beragi. Paskah itu dirayakan sambil berdiri dengan pinggang terikat. Kaki berkasut dan tongkat di tangan karena malam itu juga mereka harus segera meninggalkan Mesir. Pesta paskah ini harus dirayakan juga kelak bila mereka sudah menduduki tanah perjanjian. Sejak keluarnya bangsa Israel dari Mesir sekitar tahun 1445 SM, Israel merayakan paskah setiap tahun di musim semi, umumnya dekat hari Jumat Agung. Untuk selanjutnya paskah merupakan “ketetapan untuk selamanya.”[6]

Sebelum Bait Suci dibangun, umat Israel merayakan paskah dengan cara  berkumpul di rumah. Setiap keluarga menyembelih seekor anak domba, menyingkirkan semua ragi dan hanya diijinkan makan sayur pahit. Orang tua wajib menceritakan kisah keluarannya para leluhur dari Mesir kepada anak-anak mereka. Tujuan utama menceriterakan sejarah itu ialah agar dari generasi ke generasi selalu ingat tentang penebusan dan pembebasan nenek moyang mereka dari tanah perbudakan.

Ketika Bait Suci selesai dibangun, Allah memerintahkan perayaan paskah dilaksanakan di Yerusalem.[7] Yerusalem dijadikan pusat keagamaan Israel, karena kota itu dianggap kudus. Beberapa kali dalam Perjanjian Lama mencatat perayaan paskah yang istimewa di kota kudus itu.[8] Ciri utama dari perayaan paskah adalah makan bersama keluarga di rumah masing-masing yang dilakukan pada malam hari. Hidangan utama dalam perayaan ini adalah domba paskah dan perjamuan paskah. Sebelum melakukan perayaan, domba paskah disembelih di Bait Allah dan darahnya dipercikkan di atas altar. Namun, tradisi ini tidak berlangsung lama, sejak Bait Allah runtuh pada tahun 70 AD.

Setiap tahun umat Israel merayakan paskah pada bulan pertama Abib atau Nisan tanggal 14 bulan Yahudi. Bila dihitung dengan kalender internasional jatuh pada bulan April. Sampai saat ini orang Yahudi masih merayakan paskah, walaupun sifatnya sudah agak berubah, karena tidak ada Bait Suci di Yerusalem untuk mengkurbankan seekor anak domba sebagai ketaatan. Perayaan paskah bagi orang Yahudi masa kini tidak lagi dirayakan dengan anak domba yang disembelih. Pelaksanaannya lebih bersifat kekeluargaan. Setiap keluarga berkumpul, semua ragi dibuang dengan ritus-ritus khusus di rumah-rumah. Pada kesempatan itu kisah keluarnya leluhur mereka dari Mesir tetap diceritakan kembali oleh kepala keluarga.

 

 

  1. Paskah dalam Perjanjian Baru

Paskah merupakan perayaan tertua di dalam umat Kristen. Paskah menjadi penghubung antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Paskah juga dirayakan oleh orang Yahudi pada zaman Perjanjan Baru. Tuhan Yesus pun merayakan paskah dengan mengubah liturgi paskah Yahudi dan memberi makna baru. Paskah terarah pada diri-Nya bukan kurban domba atau kambing. Lukas mencatat peristiwa masa kecil Tuhan Yesus ketika berumur 12 tahun bersama orang tua-Nya ke Yerusalem merayakan paskah.[9] Dalam Yohanes 2:13 menjelaskan, bahwa Tuhan Yesus secara rutin ke Yerusalem merayakan paskah. Sebelum Tuhan Yesus di salib, Dia mengadakan perjamuan terakhir bersama para murid-Nya di Yerusalem.[10] Tuhan Yesus disalibkan pada hari paskah, sebagai Anak Domba paskah yang menebus dosa bagi orang-orang percaya.

Menurut tradisi Sinoptik (Matius, Markus, Lukas),[11]paskah menunjuk pada Perjamuan Kudus, yang didasari dari Perjamuan Malam, perjamuan perpisahan antara Yesus dan murid-murid-Nya. Paskah yang dilakukan Tuhan Yesus sebelum dihukum mati, Tuhan memberikan makna baru bagi paskah Yahudi. Roti dilambangkan sebagai tubuh-Nya dan anggur dilambangkan sebagai darah-Nya. Semuanya itu melambangkan diri-Nya sebagai korban Paskah. Yohanes dan Paulus mengaitkan kematian Tuhan Yesus sebagai penggenapan paskah Perjanjian Lama.

Dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan dari keselamatan yang akan datang, bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Upacara keagamaan Perjanjian Lama merupakan lambang karya Kristus yang menjadi genap ketika Dia datang ke dalam dunia. Dalam Lukas 22:19-20, Tuhan Yesus mengubah liturgi paskah Yahudi. Ketika Tuhan memecah-mecahkan roti Dia berkata, “Inilah TubuhKu yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” Demikian juga ketika mengangkat cawan, “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darahku, yang ditumpahkan bagi kamu.”

Gereja mula-mula memperingati peristiwa paskah sebagai hari kebangkitan Tuhan Yesus. Dalam perjalanan misinya, Paulus mengingatkan jemaat mula-mula akan pentingnya peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus. Perayaan paskah tidak lagi mengorbankan domba karena Kristus dianggap sebagai korban paskah yang sejati. Biasanya perayaan ini diawali dengan berpuasa hingga Jumat jam 3 sore. Orang Kristen Yahudi merayakan paskah sehari setelah tanggal 14 Nisan, menurut kalender Yahudi. Kematian Tuhan Yesus diperkirakan pada 15 Nisan dan kebangkitan-Nya pada 17 Nisan. Sedangkan orang Kristen non-Yahudi yang tinggal di Kekaisaran Roma dan gereja Aleksandria merayakannya pada hari pertama, yaitu hari Minggu. Hari Minggu diyakini sebagai hari kebangkitan Tuhan Yesus. Metode yang kedua inilah yang akhirnya lebih banyak digunakan oleh gereja-gereja masa kini.

Dengan liturgi yang diubah-Nya, maka mempunyai makna yang baru. Maknanya adalah mengarah pada diri-Nya sendiri, bukan lambang lagi tapi sudah tergenapi dalam diriNya. Jadi, kekristenan merupakan penggenapan dalam Perjanjian Lama, maka terdapat hubungan yang erat dalam merayakan paskah. Setelah memahami latar belakang sejarah paskah, hendaknya gereja-gereja masa kini dalam merayakannya bukan hanya sebagai pewaris dan pelaku tradisi. Tetapi lebih dari itu gereja-gereja masa kini perlu memahami apa makna paskah yang sebenarnya.

 

Perayaan Paskah Gereja-Gereja Masa Kini

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa paskah yang dirayakan gereja-gereja masa kini merupakan tradisi dalam Perjanjian Lama. Tetapi maknanya lebih tinggi dan subsatansial, yakni menjadikan Tuhan Yesus sebagai pusat utama dari paskah. Orang Yahudi merayakan paskah, pemimpin ibadah mengangakat roti dan yang hadir mengucapkan doa,“Inilah roti kesengsaraan yang telah dimakan oleh nenek moyang kita di Mesir. Barangsiapa yang lapar hendaklah ia datang dan makan bersama kami. Siapa yang membutuhkan hendaknya datang dan mengambil bagian dalam paskah anak domba ini.” Kemudian ada pemberkatan roti dan anggur (bnd. perjamuan kudus). Jadi secara liturgi sama, namun didalam paskah Kristen semua upacara yang dilakukan dalam Perjanjian Lama itu menemukan hakekatnya, karena semuanya hanya lambang yang mengarah kepada karya Kristus Sang Anak domba Allah.

Paskah yang diperingati gereja-gereja masa kini merupakan penggenapan yang dilakukan oleh orang Yahudi dalam Perjanjian Lama. Paskah Yahudi membicarakan aspek jasmaniah atau lahiriah, yakni pembebasan umat Israel dari Mesir. Paskah Yahudi hanya terbatas pada bangsa Israel. Sedangkan paskah dalam Perjanjian Baru yang terus dilakukan oleh gereja-gereja masa kini adalah sebuah paskah universal. Inti paskah dalam Perjanjian Baru merupakan pembebasan manusia dari perbudakan dosa. Perbudakan manusia yang sesungguhnya adalah bukan perbudakan secara jasmani namun manusia diperbudak oleh iblis dan dosa. Tuhan Yesus datang untuk membawa misi pembebasan.

Gereja-gereja masa kini menggabungkan kebaktian malam paskah dengan kebaktian Minggu pagi, mengikuti kisah di Injil.  Dalam Injil diceritakan para wanita yang datang ke kubur Yesus pada pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu.[12] Ada juga gereja yang menyelenggarakan ibadah paskah sekitar subuh. Sebagian besar gereja masa kini merayakan paskah mulai pada hari Jumat Agung. Gereja menyelenggarakan kebaktian pada hari tersebut, biasanya dengan berpuasa dan dibarengi dengan Perjamuan Kudus. Karena paskah dirayakan oleh gereja-gereja masa kini dengan Perjamuan Kudus, maka berbeda dengan perjamuan paskah Yahudi. Banyak gereja saat ini merayakan perjamuan kudus cukup bervariasi. Artinya perjamuan kudus dilakukan bukan hanya pada hari Jumat Agung atau paskah. Pada umumnya gereja-gereja melakukan perjamuan kudus satu tahun tiga kali. Namun ada pula sebulan sekali, bahkan setiap minggu. Tujunnya adalah agar jemaat diingatkan akan peristiwa paskah.

 

Penutup

Dalam Perjanjian Lama, paskah menandakan Allah telah melewati rumah-rumah Israel di Mesir, sehingga menyelamatkan mereka. Dalam Perjanjian Baru paskah menunjukkan pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib. Pengorbanan itu membebaskan manusia dari seluruh perbudakan dosa. Paskah adalah tindakan Allah yang mengasihi manusia, dengan mengorbankan anak-Nya yang tunggal yaitu Yesus Kristus. Pengorbanan ini bertujuan menyelesaikan dosa dan memberi keselamatan. Dengan peristiwa kebangkitan dari antara orang mati, maka Allah telah melakukan pekerjaan pendamaian dengan diri-Nya.[13]

Paskah memiliki makna, bahwa Allah yang tak tersentuh kematian telah merasakan kematian lewat karya Kristus. Paskah itu berarti Allah yang tak tersentuh kematian turut merasakan kematian lewat penjelmaan Kristus yang menjadi manusia. Paskah bermakna bahwa Allah yang tidak tersentuh kematian telah merasakan kematian untuk menyelamatkan umat-Nya. Allah yang tidak terbatas menjadi terbatas demi umat-Nya. Paskah berarti kepedulian Allah terhadap umat-Nya.

Makna paskah selanjutnya adalah kembalinya manusia kepada ciptaan semula bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sendiri (Imago Dei). Akibat kejatuhan manusia pertama dalam dosa,[14]gambar Allah telah rusak. Misi paskah dari Kristus adalah mengembalikan citra diri manusia yang telah rusak akibat dosa itu. Dalam 2 Korintus 2:17, Pulus menegaskan, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”

Secara jelas Paulus mengatakan bahwa siapa yang di dalam Kristus, adalah ciptaan  baru. Paulus sedang menunjuk kepada ciptaan Allah yang semula yang belum dirusakkan gambarnya oleh dosa. Paulus mengatakan bahwa yang lama sudah berlalu, manusia yang rusak akibat dosa telah berlalu akibat peristiwa paskah. Artinya Tuhan memandang manusia dengan sudut yang baru lagi. Allah tidak lagi memandang manusia berdosa yang harus dihukum.

Efesus 2:10-12 menjelaskan, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya sunat, yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.” Yesus “Sang Anak Domba” Allah mengorbankan diriNya dengan mati di kayu salib sebagai penebusan dosa seluruh umat manusia. Kematian dan kebangkitan Kristus sangat penting, karena tanpa kebangkitan Kristus, iman Kristen runtuh..

Paskah yang dirayakan setiap tahun hendaknya bukan sekadar rutinitas gereja. Kebangkitan Tuhan Yesus membuktikan bahwa Ia adalah Allah yang berkuasa atas maut.  Kebangkitan Yesus membuktikan bahwa janji-Nya tidak pernah gagal. Peristiwa paskah adalah pembuktian janji Tuhan bagi semua umat manusia. Dengan demikian, paskah menunjukkan adanya pengharapan bagi orang percaya.

[1] Lihat Keluarga 12:40.

[2] Pengertian kurban adalah persembahan kepada Allah berupa binatang. Dalam konteks PL kurban berupa

anak domba atau kambing yang disembelih. Pemahaman dalam PL, kurban harus menumpahkan darah.

[3] Lihat Imamat 23:4; Bilangan 9:3-5; 28:16.

[4] Lihat Yohanes 1:29.

[5] Bnd. Mazmur 34:21; Yohanes 19:36.

[6] Keluaran 12:14.

[7] Lihat Ulangan 16:1-6.

[8] 2 Raja-Raja 23:21-23; 2 Tawarihk30:1-20; 35:1-19; Ezra 6:19-22.

[9] Lukas 2:41-55.

[10] Matius 26:1-2; 17-29.

[11] Menulis kisah yang sama tentang Yesus

[12] Matius 28:1; Yohanes 20:1

[13] 2 Korintus 5:18.

[14] Baca Kejadian 3

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *