YESUS SEBAGAI HAMBA YANG MENDERITA

YESUS SEBAGAI HAMBA YANG MENDERITA.

 

PENDERITAAN YESUS DINUBUATKAN.

Jika kita merenungkan karya Kristus melalui perendahan diri-Nya menjadi seorang hamba yang menderita, maka tidak bisa dilepaskan dari nubuatan yang sudah diungkapkan di dalam Perjanjian Lama (PL), yang secara khusus dalam Yasaya 52:13-53:12.

Dalam ayat ini dikisahkah bahwa; “Sesungguhnya hamba-Ku…” (Yes.52:13), dihina dan dihindari orang, sengsara dan menderita kesakitan, serta tidak diperhitungkan orang (53:3). Ditikam, diremukan (53:5), dan dianiaya (53:7), bahkan terputus dari negeri orang-orang hidup yaitu mati (53:8). Kisah tentang kesengsaraan dan penderitaan yang dialami oleh seorang hamba itu merupakan nubuatan yang mengarah kepada diri Yesus yang terjadi dan ditulis di dalam kitab-kitab Injil maupun dalam surat-surat rasuli.[1] Demikian yang diungkapkan dalam Kitab Matius; Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: “Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.” (Mat.8:17 band. Yes.53:4). Yehanes Pembaptis menyebut Yesus sebagai Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia (Yoh.1:29). Anak domba yang dimaksud adalah Yesus seperti anak domba yang akan dibawa ke pembantaian (band.Yes.53:7 dan Kis.8:32-33).[2]  Demikian juga Lukas menyebutkan tentang kematian-Nya yang akan terjadi di antara para pemberontak (Luk.22:37 band.Yes.53:12).

Dalam Matius pasal 12 juga dijelaskan bahwa,  hamba Allah yang disebutkan dalam kitab Yesaya mengarah kepada diri Yesus, seperti yang diungkapkan; ….Supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: “Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan;….” (Mat.12:17-18 band.Yes.42:1-4).

Dengan demikian jelaslah bahwa, Penyataan Yesus sebagai hamba yang menderita, sudah dinubuatkan di dalam kitab PL yang tentu saja tidak hanya di dalam kitab Yesaya, dan digenapi di dalam Perjanjian Baru.

 

MENGAPA YESUS MENJADI HAMBA YANG MENDERITA?

Sebagai seorang hamba yang menderita,Yesus menderita bukan disebabkan karena sakit penyakit yang dialami seperti karena kusta, atau cacat tubuh dan yang lainnya,[3] bukan juga karena kesalahan yang dilakukan-Nya seperti mencuri atau merampok. Tetapi penderitaan Yesus disebabkan karena tindakan orang-orang yang tidak suka dengan kehadiran-Nya, dan yang berusaha untuk membinasakan-Nya, yang semunya itu dikehendaki oleh Allah. Dan dengan penderitaan Yesus sebagai hamba, ada rencana Allah yang penting bagi kehidupan manusia, yakni:

  1. Untuk menanggung dosa dan kejahatan manusia.Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang” (Ibr.9:28). Penderitaan Yesus merupakan hukuman dari tangan Tuhan, tetapi yang bersalah bukanya Dia itu, melainkan kita, yang tidak saja melanggar hukum Allah, melainkan juga memberontak melawan Allah sendiri (band.Yes.43:27; 46:8; 48:8).[4] Sehingga Dia harus dipaku pada salib yang tergantung sebagai seorang pemberontak di antara pemberontak-pemberontak.[5]
  2. Untuk menyelamatkan manusia dari hukuman dosa. “..ganjaran yang mendatangkan keselamatan ditimpakan kepadanya” (Yes.53:5c). Mengapa harus Yesus Kristus yang menyelamatkan manusia dan melepaskan mereka dari belenggu dosa? Jawabanya ada dalam keyakinan bahwa karena manusia tidak dapat melepaskan diri dari genggaman dosa, sehingga perlu ada orang lain yaitu Yesus.[6] (band. Rom. 3:23-24; 6:23)
  3. Untuk menanggung penyakit dan kelemahan manusia.Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita” (Mat.8:17 band. Yes.53:4). Kesengsaraan dan penyakit yang seharusnya kita alami, Yesus rela menanggungnya dengan penderitaan.
  4. Untuk membenarkan manusia.Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus” (Rom.5:1). Pada dasarnya tidak ada seorang manusiapun yang benar di dunia ini, semua orang telah tercemar karena dosa (Rom. 3:10-18). Karya Kristus merupakan dasar “baru” yang menentukan “benar” atau “tidak benar”nya manusia di hadapan Allah. Seperti yang dinyatakan oleh Paulus, “benarnya” (dikaiosune) manusia dalam hubungannya dengan Allah merupakan pemberian cuma-cuma yang berdasarkan iman kepada Yesus Kristus.[7]
  5. Untuk memperdamaikan manusia.Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya..,” (Roma 5:10), dan “Kristus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya” (Rom.3:25). Dengan penderitaan yang Yesus alami, sampai pada kematian-Nya di kayu salib, maka kita yang karena dosa telah menjadi musuh Allah, telah diperdamikan. Manusia telah diperdamaikan dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesamanya dan dengan alam semesta.

Dengan demikian, kita yang sudah diperdamaikan dan mengalami keselamatan, harus menghargai semua pengorbanan Tuhan Yesus, melalui hidup taat dan setia. Selamat paskah, Tuhan memberkati.

Penulis:

Nama              : Pdt. Eddy Sulopo, M.Div.

[1] Marie-Claire Barth, Tafsiran Alkitab, Kitab Yesaya (BPK Gunung Mulia), 1974, hlm 309.

[2] Alkitab Edisi Studi, (Lembaga Alkitab Indonesia), 2011, hlm 1723.

[3] Merie-Claire Bart, Tafsiran Alkitab, Kitab Yesaya (BPK Gunung Mulia), 1974,  hlm 314.

[4] Merie-Claire Bart, Ibid, hlm 315.

[5] R.T. France, Yesus Sang Radikal, (BPK Gunung Mulia), 2004, hlm 148.

[6] Alkitab Edisi Studi, (Lembaga Alkitab Indonesia), 2011, hlm 843.

[7] Alkitab Edisi Studi, Ibid, hlm 1849.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *