KASIH UNTUK DUNIA YANG TERHILANG

KASIH UNTUK DUNIA YANG TERHILANG

 

Allah menciptakan dunia dan segala isinya dengan sungguh amat baik (Kejadian 1:31). Matahari, bulan dan bintang, daratan dan lautan, segala tumbuh-tumbuhan dan binatang, semua diciptakan dengan kreatif dan sempurna. Penciptaan manusia juga sebagai tindakan kreatif Allah yang sempurna. Alkitab menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari debu tanah dan Allah memberinya kehidupan (Kejadian 2:7). Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sendiri (Kejadian 1:27). Ketika Tuhan menciptakan manusia dengan sempurna dan mulia, tentu Tuhan punya maksud dibalik semuanya. Di mana Tuhan mau memberi tanggung jawab kepada manusia untuk memelihara ciptaan Tuhan yang lain (Kejadian 2:15-17). Clarence H. Benson menyebutkan, manusia adalah utusan atau wakil Tuhan. Ia adalah penguasa atas ciptaan alamiah. Penciptanya menempatkan dia di tempat yang tertinggi.[1]  Namun kepercayaan yang Tuhan beri, tidak ditaati dengan sepenuhnya, sehingga dunia menjadi rusak dan terkutuk karena ketidaktaatan manusia, karena dosa yang dilakukannya di Taman Eden, dengan memakan buah larangan Tuhan, yakni buah pengetahuan yang baik dan yang jahat itu (Kejadian 3:17). Dunia dan alam semesta telah berada di bawah kutukan dosa. Demikian juga manusia menjadi terhilang di dalam dunia yang gelap. David Atkinson menyebutkan bahwa dalam tuturan tentang hubungan manusia dengan pencipta-Nya, keindahan menjadi kejelekan, kemanunggalan menjadi keperbagaian, persekutuan menjadi permusuhan, dan hidup menjadi terancam oleh maut.[2] Nabi Yesaya menuliskan sebuah syair, tentang bagaimana akibat yang terjadi ketika manusia tidak taat dan berdosa kepada Tuhan; “Bumi berkabung dan layu, ya, dunia merana dan layu, langit dan bumi merana bersama. Bumi cemar karena penduduknya, sebab mereka melanggar undang-undang, mengubah ketetapan dan mengingkari perjanjian abadi” (Yesaya 24:3-5). Widyapranawa memberikan tafsiran atas Yesaya 24:3-5 ini, bahwa: “Bumi dan penduduknya (manusia) merupakan satu kesatuan yang erat; harus menanggung bersama akibat dari penghukuman Tuhan. Bumi menjadi tandus sehingga tidak lagi menghasilkan apa-apa karena kehabisan air. Kekeringan dan kelayuan merupakan kutuk Allah. Dan semua ini disebabkan oleh pemberontakan dan kedurhakaan umat manusia.[3]

Namun demikian Allah tidak membiarkan manusia dan dunia berada dalam hukuman. Allah tetap peduli terhadap manusia yang terhilang. Allah mau supaya dunia dan manusia diselamatkan.

 

Allah mengasihi Dunia.

 

Pernyataan Yesus yang diungkapkan kepada Nekodemus pada Yohanes 3;16, menjelaskan bahwa; “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal…..” (Yohanes 3:16), menunjukkan bahwa Allah tidak membiarkan dunia tetap berada di bawah hukuman dosa, dengan kerusakan dan kejelekan yang diakibatkan oleh ketidaktaatan manusia. Tidak bisa dipungkiri bahwa Tuhan pernah menghukum dunia ini dengan air bah, yang juga disebabkan karena dosa manusia (Kejadian 6:13-17). Sebab dosa manusia ini juga berdampak pada semua ciptaan Allah (Amos 4:4-9; Roma8-19-22), karena itu memperbaharui ciptaan adalah bagian dari penyelamatan dan penebusan Allah (2 Petrus 3:12-13).[4] Dengan kalimat “begitu besar kasih Allah akan dunia ini”, maka jelaslah bahwa kasih Allah tidak terbatas pada satu area (di kanaan atau palestina misalnya), tidak juga terbatas pada satu golongan (Yahudi atau Yunani), tetapi pada seluruh dunia ini dan yang terutama adalah manusia sebagai pemegang mandataris Allah. “Pernyataan bahwa, begitu besar kasih Allah akan dunia ini menunjukkan bahwa sasaran kasih Allah adalah universal meliputi segenap umat manusia.”[5]  Ensklopedi Alkitab Masa Kini menjelaskan tentang “dunia” dalam bahasa Yunaninya Kosmos, dari akarnya yang berarti “dunia yang teratur”. Kata ini dipakai dalam Perjanjian Baru (PB), kadang-kadang untuk menyatakan apa yang kita sebut “alam semesta”, dunia yang dijadikan dalam Perjanjian Lama (PL). Tetapi karena manusia adalah bagian yang paling penting dari alam semesta, maka kata kosmos lebih sering dipakai di dalam arti yang terbatas, yakni untuk manusia; ia merupakan kata searti dengan he oikoumene ge (bumi yang dihuni), kata yang dalam PB diterjamahkan ‘dunia’.  Ke dalam dunia itulah manusia dilahirkan, dan di dalamnya mereka hidup sampai mereka mati (Yohanes 16:21).[6] Jadi dunia yang dimaksudkan di sini adalah manusia yang berada dan menghuni dunia alam semesta, dan kasih Allah ditujukkan kepada manusia yang terhilang itu. Dan inilah bukti kasih itu, Allah mencari dan menyelamatkan yang hilang; Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” (Lukas 19:10).

Hilangnya dunia ini, digambarkan seperti perumpamaan anak yang hilang dalam Lukas 15:11-32. Anak yang hilang mengalami kondisi yang sulit, terpuruk, melarat. Hal ini terjadi karena dia telah meninggalkan bapanya dan pergi untuk menghamburkan uang dengan berpesta pora dan hidup dalam dosa (Luk.15:30). Namun sang bapa tetap menanti, bahkan ketika anak itu kembali sang bapa menyambutnya dengan pelukan kasih sayang, dengan sukacita dan memberikan pakaian yang bagus untuk sang anak yang telah kembali. Itulah kasih Allah seperti kasih sang bapa kepada anaknya yang hilang. Tidak mengingat dosa apa yang telah dilakukannya, tetapi melihat pribadi yang membutuhkan uluran kasih Sang Bapa.

 

 

Allah mengutus Anak-Nya untuk menyelamatkan dunia.

 

“Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia” (Yohanes 3:17). Sebagai bukti bahwa Allah mengasihi dunia, Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal untuk datang ke dunia dan menyelamatkannya. Tujuan misi Anak bukanlah untuk menghukum dunia melainkan untuk menyelamatkannya.[7]  Pertanyaanya adalah, mengapa Allah harus menyelamatkan dunia dengan tidak menyayangkan Anak-Nya yang Tunggal dan mengutus Anak-Nya itu untuk datang dan menjadi manusia? Karena dunia yang telah hilang, tidak mampu bangkit dari keterpurukannya. Manusia yang terhilang tidak dapat menyelamatkan dirinya dan kembali kepada Allah. Seperti yang dijelaskan dalam Alkitab Edisi Studi, “Mengapa Yesus harus mati untuk membayar pengampunan Allah dan menebus (menyelamatkan) dunia dan manusia? Jawabanya ada dalam keyakinan bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari genggaman dosa (Ayub 4:17; 9:2; Roma 10:10-12, 23)”.[8] Apapun usaha manusia, tidak akan membawa pemulihan hubungan dengan Allah sang pencipta. Hanya Allah sendiri yang bisa memulihkan hubungan manusia dengan diri-Nya, dan itu dilakukannya melalui kehadiran dan karya pengorbanan Yesus Kristus di dunia ini.  Yaitu dengan mendamaikan manusia dengan diri-Nya melalui pengorbanan Yesus Kristus (Roma 5:10). Dengan cara itulah manusia bisa terlepas dari system kehidupan dunia yang jahat ini (Gal.1:4).

Di lanjutkan dalam Injil Yohanes; “Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah” (Yoh.3:18). Pernyataan Yesus ini menunjukkan bahwa hanya mereka yang percaya kepada-Nya lah yang tidak akan dihukum, tetapi beroleh keselamatan. Keselelamatan ini hanya dapat diperoleh oleh mereka yang percaya, dan sasaran kepercayaannya yang khas adalah nama Anak Tunggal Allah.[9] Keselamatan yang diperoleh bukan karena usaha dan pekerjaan manusia, tetapi karena percaya atau beriman kepada Yesus Kristus. Keselamatan adalah pemberian atau anugerah Allah bagi manusia yang percaya kepada Yesus Kristus, sehingga tidak ada yang perlu memegahkan dirinya sendiri (Efesus 2:8-9).

 

 

Kedatangan Anak Allah menjadi kesukaan besar bagi dunia.

 

Injil Lukas mengisahkan tentang berita kedatangan Yesus Kristus, sebagai berita kesukaan besar bagi seluruh bangsa, seperti disebutkan; “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Lukas 2:10-11). Tafsiran Alkitab Masa Kini menjelaskan tetang “seluruh bangsa” dalam ayat ini artinya bangsa Israel, tetapi dilanjutkan dalam Lukas 2:31-32 dengan kalimat “segala bangsa dan bagi bangsa-bangsa lain”, yang artinya adalah untuk seluruh bangsa atau seluruh jagad raya.[10]

Dalam kisah itu, bukan hanya para gembala yang mengalami sukacita (Luk.2:20), tetapi juga nampak sejumlah besar malaikat dan bala tentara sorga memuji Allah sebagai wujud sukacita besar terjadi (Luk.2:13-14). Dalam Injil Matius dijelaskan bahwa orang-orang Majus dari Timur, juga  mengalami sukacita besar. Walaupun harus menempuh jarak yang sangat jauh , tetapi mereka mencari bayi Yesus, dengan membawa emas, kemenyan dan mur untuk dipersembahkan kepada-Nya (Matius 2:1-12). Setelah delapan hari kelahiran Yesus ada juga seorang yang bernama Simeon di Yerusalem, dia adalah orang yang benar dan saleh yang selalu menantikan penghiburan bagi Israel. Dia mengalami sukacita ketika melihat Mesias yang lahir itu berada di Bait Allah, sehingga dia memuji Tuhan (Lukas 2:25-29). Tidak ketinggalan juga Hana, seorang nabi perempuan yang sudah lanjut umurnya, juga bersukacita ketika melihat Sang Mesias yang baru dilahirkan itu (Lukas 2:36-38).

 

Pertanyaanya, mengapa kedatangan Anak Allah menjadi kesukaan besar bagi dunia? Karena kedatangan Anak Allah (Yesus Kristus),  berarti datangnya Sang Juruselamat bagi dunia. Sejarah Alkitab menguraikan dengan jelas, bahwa Anak Allah atau Yesus Kristus pernah lahir di dunia,  seperti yang diungkapkan dalam kedua Injil Sinotik, yakni Matius 1:1-25 dan Lukas  2:1-20. Injil Lukas menyebutkan bahwa kelahiran Yesus bukan hanya menyelamatkan sekelompok atau segolongan orang saja, tetapi Juruselamat untuk seluruh bangsa atau semua orang (Lukas 2:10-11). Injil Matius menjelaskan bahwa kedatangan Yesus ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa; “Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Matius 1:21). Nama Yesus adalah bentuk Yunani dari kata Ibrani Yosua, yang berarti “Tuhan menyelamatkan”. Penghapusan dosa adalah salah satu unsur yang diharapkan dalam kehadiran Sang Mesias.[11]  Semua manusia berada di bawah hukuman dosa, dengan demikian maka semua manusia membutuhkan Juruselamat. Dan Juruselamat itu telah datang ke dunia yaitu Yesus Kristus.

 

Selanjutnya, karena kedatangan Anak Allah (Yesus Kristus) ke dunia, merupakan waktu penggenapan Janji Allah. Setelah sekitar 700 tahun lamanya bahkan lebih, Allah menjanjikan tentang kelahiran Sang Imanuel kepada umat-Nya melalui nabi Yesaya (Yesaya 7:14). Dan janji itu telah dinantikan beratus-ratus tahun oleh umat Yahudi yang pernah mendengar janji tentang kelahiran Sang Mesias itu. Maka kelahiran Yesus Kristus merupakan penggenapan janji itu (Matius 1:22-23). Demikian juga Allah telah berfirman melalui nabi Mikha, bahwa akan lahir seorang pemimpin di Betlehem yang akan menggembalakan umat-Nya (Mikha 5:1), telah digenapi melalui kelahiran Yesus Kristus yang adalah Raja (Matius 2:6).

 

Dengan kedatangan Anak Allah (Yesus Kristus) ke dunia, berarti Allah telah membuktikan Kasih-Nya kepada dunia. Karena kasih-Nya pada dunia, Allah telah merelakan Anak-Nya yang tunggal untuk lahir menjadi manusia, dan setiap orang yang percaya tidak akan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal  (Yohanes 3:16). Manusia yang berdosa dan hina, yang seharusnya dihukum dan berada dalam murka Allah, tetapi justru menjadi sasaran kasih Allah, yaitu bahwa manusia yang berdosa harus di selamatkan, melalui Yesus Kristus.

Kedatangan Anak Allah (Yesus Kristus) ke dunia, telah membawa Damai Sejahtera bagi manusia. “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Lukas 2:14). “Kebutuhan yang utama dan yang pertama dari manusia yang berdosa ialah harus ada damai sejahtera dengan Allah. Artinya, permusuhan yang ditimbulkan oleh dosa dijauhkan dulu melalui kematian Kristus (Rom.5:1; Kol.1:20). Dan damai sejahtera antara manusia dengan manusia adalah tujuan sebagian dari tujuan kematian Kristus” (Ef.2).[12] Louis Berkhof menyebutkan perdamaian manusia dengan Allah sebagai berikut; Ia (Allah) diperdamaikan dengan mereka yang semula adalah obyek murka-Nya yang adil. Hal ini berarti bahwa murka-Nya diredakan oleh korban yang menutupi dosa mereka. Sebab sesungguhnya penebusan Kristus adalah perwujudan kasih Allah.[13] Yesus datang untuk membawa damai sejahtera manusia dengan Allah, dan damai sejahtera manusia dengan manusia. Sehingga hubungan manusia dengan Allah dan manusia dengan manusia yang rusak karena dosa, telah dipulihkan melalui kehadiran Yesus Kristus di dunia ini. Itulah kasih untuk dunia yang terhilang. Natal adalah wujud Kasih Allah untuk dunia yang terhilang.Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” (Lukas 19:10).

Kiranya menjadi berkat.

 

Penulis:

Nama              : Eddy Sulopo

Tinggal            : Di Jakarta.

[1] Clarence H. Benson: Keyakinan yang Alkitabiah”, (Wheaton: Evangelical Training Assocition);, 2004, hal. 24.

[2] David Atkinson; Pemahaman dan penerapan Amanat Alkitab Masa Kini, Kejadian 1-11 (Jakarta: OMF); 2000, hal.62.

[3] S.H. Widyapranawa; Tafsiran Alkitab: Yesaya 24:1-39; (Jakarta: BPK Gunung Mulia); 2006, hal. 153-154

[4] Alkitab Edisi Studi, (Jakarta: LAI); 2011, hal 843.

[5] Tafsiran Masa Kini, Jilid 3 Matius-Wahyu, (Jakarta: OMF); 1994, hal 276.

[6] Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I, A-L (Jakarta: OMF); 1994,  hal 262.

[7] Tafsiran Masa Kini, Jilid 3 Matius-Wahyu, (Jakata: OMF); Jakarta, 1994, hal 276.

[8] Alkitab Edisi Studi, (Jakarta: LAI); 2011,  hal 843.

[9] Tafsiran Alkitab Masa Kini, Jilid 3 Matius-Wahyu, (Jakarta: OMF); 1994, hal 276.

[10] Ibid, hal 196.

[11] Ibid,  hal.64.

[12] Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I, A-L (Jakarta: OMF); 1994,  hal 230.

[13] Louis Berkhof, Teologi Sistematika volum 3 Doktrin Kristus, (Jakarta; Lembaga Reformed Injili Indonesia); 1996, hal. 203 .

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *